APA HIDUP?

Aku masih orang sakit yang menulis, maka tidak ada istilah mengotak-atik feel di sana. 

Sebagaimana aku selalu ngefeel ketika menulis, selebihnya mungkin perasaanku sulit ditembus.

Sejujurnya aku agak playing God; merencanakan hidupku seperti para penyair dulu sekali.

Mereka menulis tentang perasaan dan pikiran yang berontak; keresahan hidupnya.

Kemudian ujungnya; mati.

Aku juga begitu; menulis puisi, menulis prosa, lalu mati dan jasadku seperti berdiri pada huruf-huruf yang banyak itu.

Menyisakan ketidakmauan di diriku untuk mengotak-atik apa yang telah kutulis dari unsur perasaan yang terbangun di atasnya.

Karena kupikir perasaan di sana tidak akan sama diikuti gagasan tentangnya yang akan berbeda pula.

Kemudian kupikir lagi, semua hal tersebut pada akhirnya akan bermuara pada suatu filosofi hidup yang kupegang saat ini; Nihilisme.

Maka untuk menjadi Nihilist sungguh bukanlah kesengajaan yang aku buat-buat, melainkan hasil dari mengindentifikasi diri sendiri.

Aku tidak sengaja mendalami filosofi hidup yang satu ini dan lantas membuat tulisan untuk benar menjadi Nihilist.

Nyatanya, itu, berketerbalikan.

Aku menulis ketika perasaanku luar biasa gundah yang memang sudah kosong semenjak kanak-kanak.

Kemudian kubaca lagi tulisan tersebut, ya, itu seperti seseorang yang hidup; hanya hidup saja.

Kamar Sempit, 02 Februari 2022

Komentar

Postingan Populer