AMPAS KOPI
Aku mengamati tulisan-tulisanku dan menemukan ada banyak titik yang pincang, koma yang buta warna, atau titik dua yang lusuh di dalamnya.
Aku tidak mengerti kesempurnaan jika dalam baris kata-kata.
Meski sudah kuperbaiki sampai ke ujung-ujungnya, rasanya tulisan-tulisan di sana hanya akan menjadi seperti ampas kopi yang terongok atau lebih baik dibuang.
Paling baik gelas yang menampungnya dipecahkan saja.
Aku bangun, adalah mimpi.
Hari di mana aku menemukan tulisanku nangkring di perpustakaan nasional.
Basuh wajahku, kuseduh kopi tanpa ampas.
Kamar Sempit, 19 Januari 2022
Komentar