BAGIAN 2

Benar, kau menulis.

Akan tetapi tidak ada satu pun yang memaknai itu sebagai suatu pesan yang lupa disampaikan secara langsung, atau mungkin memang tidak sama sekali.

Menyedihkannya lagi adalah kau hanya berpikir sendirian dengan kepalamu dan isi-isinya yang berserakan dan tidak tahu arah.

Peduli amat dengan segala kritikus yang maha benar dengan segala kritikannya yang tumpah ruah.

Nyatanya, kau hanya akan tetap menulis tanpa tahu mengapa seseorang membaca, mengapa seseorang diam setelah membaca, dan mengapa seseorang enggan membaca tetapi bertanya perihal itu.

Perihal apa yang kau tulis, kau baca kadang-kadang jika suntuk karena benar-benar tak ada yang menggairahkan di dunia ini selain tulisanmu yang dipertanyakan gunanya; mengapa ia ditulis, mengapa ia dibaca, mengapa ia dimaknai oleh hanya dirimu sendiri. 

Egosentris macam apa yang kau letakan di setiap sudut kata-kata tersebut, adakah semacam lem yang juga itu hanya ada di matamu, jarimu, atau mungkin perutmu?

Atau kah memang sama seperti kau menganggap segala sesuatunya tak memiliki nilai maka yang lain pun ikutan menaruh kepercayaan yang sama pada apa yang kau tulis, oleh kau yang tidak bernilai?

Masih pada poros yang sama kupikir aku perlu mengulang-ulang kembali bagaimana itu kriteria atau faktor sebuah penilaian pada apa yang ditulis.

Jadi, bisakah sekali lagi kau membaca ulang tulisanmu yang sinting, ya, yang tidak tahu malu itu?

Dunia Sialan, 19 Juni 2022

Komentar

Postingan Populer