KEMATIAN YANG MENYAKITKAN (2)
Di suatu malam aku bertanya pada sudut kamarku yang gelap, namun hanya keheningan yang kudapat.
Aku mulai berpikir bahwa sepertinya kematian tengah bersembunyi seperti hari-hari sebelumnya sembari menertawakan kemalanganku di balik tempat persembunyiannya itu.
Ia ini mengerikan jika dipikir-pikir.
Bagaimana jika aku mendadak stop jantung saat ia muncul tiba-tiba tanpa pemberitahuan?
Atau mungkin demikian cara ia melakukan tugasnya?
Ah, persetan dengan kematian.
Aku masih ingin hidup di detik ini sampai detik sekian, sekian, sekian, sekian-sampai aku mencapai limitku dan tidak kutemukan lagi makna yang kucari berabad lamanya.
Sebetulnya, mencari makna itu membosankan.
Setiap napas harus diberi makna, setiap air mata harus diberi makna, bahkan mungkin setiap tetes embun yang jatuh, harus diberi makna.
Bagaimana jika justru makna ditemukan di dalam kematian itu sendiri?
Apa makna hanya bisa didapati dari segala yang hidup-diriku yang ingin mati?
Kematian.
Aku tidak tahu apa-apa selain ia adalah napas yang berhenti, nyawa yang hilang, dan kesedihan yang ditarik paksa oleh Tuhan.
Namun sepertinya juga bahwa kematian adalah kerelaan dari diri sendiri atas nyawa dan napas yang diberi.
Ini sedikit aneh.
Mengapa aku merindukan kematian di saat derita dan pencarianku tentang makna itu nihil?
Karena kematian adalah akhir?
Ya, jika mati maka segalanya akan berakhir dan pencarian tentang makna dan tujuan pun akan ikut berakhir.
Aku mengerti.
Kesedihan bukan satu-satunya yang membuat seseorang ingin mati, tidak juga ketidaktemuan pada makna adalah alasan mengapa seseorang ingin mati.
Kadangkala kesedihan bisa kita tutupi dengan tujuan yang dicapai dan makna yang ditemukan dan juga ketidaktemuan akan makna dan dan tujuan bisa kita tutupi dengan penilaian bahwa segalanya bisa kita jalani tanpa ada ekspetasi, nilai, dan lain-lain.
Maka pada akhirnya kematian adalah hal yang kita inginkan dengan sengaja atau pun tidak sengaja, namun adanya pun tidak berarti apa-apa.
Maka dari itu kukatakan pada diriku,
"Jangan meninggalkan kenangan apapun pada yang hidup karena bagi mereka kematian itu akan menjadi lebih menyakitkan dua kali lipat darimu."
Kematian-di sudut kamarku, aku masih menunggumu.
Rumah Ibu, Desember 2022
Komentar