MENJADI EKSIS SEJENAK (6)
Mungkin ini semacam paranoid tak berujung yang dihasilkan dari percakapan dua orang manusia yang saling membenci dan menaruh dendam-kematian di tangan masing-masing.
Aku kembali melihat diriku.
Ia seorang Nihilist pasif yang berjuang menuju pada Nihilist aktif untuk kemudian dapat eksis menjadi mahluk eksistensialism (?).
Ya, paranoid sialan tersebut seketika melahirkan kecemasan berupa pertanyaan,
"Apakah aku akan mati sebelum merasakan 'eksis'?."
"Apakah aku akan mati sebelum menemukan makna dari hidup yang telah kucari sejak remaja?."
Aku bertanya dalam keheningan, dalam kepalaku, bunyi klakson mobil dikejar jangkrik-enam menit sebelum meminum obat anti cemas dan anti depresi yang diresepkan dokter padaku dua Minggu lalu.
Ah, sialan. Pelik sekali kurasa hidup ini.
Seseorang sepertinya insipirasi tetapi juga sekaligus soal ujian, alat ukur-ya semacam itu.
Lalu aku mengorek kupingku, menghapus sisa air mata, dan mengambil napasku pelan-pelan untuk kubuang secara kasar ke hadapanku dan langsung bercampur bersama asap rokok Marlboro milik kakak keduaku.
Aku masih gelisah sekarang membedah kecemasan, kehidupan, kematian, dalam satu telapak tangan; jari-jari yang mengetik.
Lalu aku berhenti sejenak untuk meminum obat.
Aku ingat bahwa sebelum menuliskan ini atau membedah hal-hal tersebut dan juga soal paranoid tersebut-ya, aku telah menonton dua video tentang "hidup," "makna hidup," atau semisal itu.
Pada akhirnya aku tidak memiliki masalah apapun tentangnya-kematian dan kehidupan. Lalu aku sejenak membuang eksis dari benakku untuk meredam paranoid (lagi-lagi).
Toh, tidak ada yang pernah mengerti waktu tentang hidup dan mati, tidak ada.
Jadi, biar kuhentikan paranoidku sejenak untuk dapat merasakan eksis yang juga sejenak.
Rumah Ibu, Desember 2022
Komentar