LEMBARAN KEDUA

Hi, pembaca yang tak kenal dan kukenali.

Ini adalah lembaran kedua untuk kau menemukan aku di dalam kepalaku yang rumit.

Kedua setelah yang pertama adalah aku ingin mengatakan bahwa menguraikan isi kepala dan isi hati mungkin akan memakan waktu lama, namun aku berharap baik aku dan kamu; kita sama-sama sabar untuknya.

Maka di suatu siang ditemani hembusan angin dan udara dingin, aku kembali menguraikan isi kepala juga isi hatiku.

Aku masih merasakan keresahan yang menumpuk dan cemas yang tak tahu diri-datang terus-menerus menemuiku.

Aku bertanya pada diriku seberapa bermoralnya aku, bukankah aku telah bertobat dengan selesai menuliskan kejalanganku dalam MONOLOGUE, lantas mengapa aku masih seperti hendak-dan telah berbuat asusila?

Seketika itu juga otakku jadi membeku-tak tahu harus menyanggah dengan kalimat apa.

Kemudian aku berhenti-memberhentikan laju kecemasan dan kegelisahanku dan mendapati bahwa beberapa hal menjadi salah tersebab keadaan otak dan pengalaman lalu yang tidak mengenakan.

Kesimpulannya adalah terkadang kesadaranku dapat hilang dan aku akan kembali berbuat asusila seperti yang lalu-lalu di mana otakku mengatur itu sebagai bahwa,

 "Persetan dengan moralitas, toh aku juga tidak sesuci itu sebagai manusia, terlebih sebagai perempuan yang memilki jejak kelam dan suram."
 
Lalu kesimpulan lainnya juga adalah ketika perasaan atau pikiranku memberi alarm lewat kecemasan dan kegelisahan, maka hal itu mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak sesuai dan sejalan dengan prinsip atau nilai-nilaiku sehingga perlu untuk berhenti sejenak-berpikir sejenak dan menguraikannya yang mungkin tidak sejenak-hal tersebut.

Lagi-lagi sukar dipahami. Namun aku berharap nalarmu liar dan jauh menembus pemikiranku-huruf-huruf yang aku tuliskan.

Terimakasih telah membaca, kekataku habis di sini, sampai bertemu di lembaran setelahnya; aku yang masih ingin berpikir.

Kamar sempit, 12 Juni 2023

Komentar

Postingan Populer