LEMBARAN KETIGA
Hi, pembaca yang tak kenal dan kukenali.
Ini adalah lembaran ketiga untuk kau menemukan aku di dalam kepalaku yang rumit.
Ketiga adalah serupa konklusi dari yang pertama dan kedua-aku selalu menulis dalam keadaan gelisah dan resah; seluruh isi tulisanku hanya berisi ini, maka sebaiknya tidak kau cari ia.
Ya, aku selalu menulis dengan rasa yang tidak tenang dan tetap-membuang kegusaran dan kebimbangan di atas kertas-kertas.
Sejenak aku berpikir setelah usai menyantap gorengan yang dibuatkan ibuku, tentang buyutku yang adalah seorang bangsawan bergelar Ode dari pulau Muna dan pasangannya yang adalah seorang perempuan keturunan Jawa.
Maka aku (kembali berpikir) bahwa aku mungkin saja mewarisi kelemah-lembutan buyutku sebagai perempuan keturunan Jawa secara samar-samar, namun juga garang dan angkuh-ingin dihormati-seperti layaknya seorang keturunan bangsawan.
Singkatnya aku masih sekedar menduga-duga karena pencarianku atas silsilah ayahku belum menemukan hasil.
Sering kudengar bahwa siapa kita ditentukan dari silsilah ayah sehingga silsilah ibu tidak teranggap atau mungkin dinafikan begitu saja. Akan tetapi zaman sudah moderen yang tentu aku berpikir dua kali untuk menimbang aturan yang cenderung timpang dan tidak berdasar tersebut.
Meski ya hal baik yang kudapat dari sini adalah perbaikan sikap atau perangai dan moralitas pada diriku-setidaknya aku harus cukup bermoral sebagai keturunan seorang bangsawan (meski sejujurnya ini tidaklah penting bagiku).
Kesimpulannya adalah pemikiran tentang garis keturunan atau silsilah dari ayahku sedikit dapat menghentak nilai-nilai moral yang aku pegang selama ini di mana ada sedikit harapanku bahwa pengetahuan mengenai hal ini dapat menjadi referensi atas perbaikan diriku yang kuakui sebagian kasusnya sungguh tidaklah amoral.
Terimakasih sudah membaca, kekataku habis di sini, sampai bertemu di keadaan berikutnya; aku yang masih sajah resah.
Kamar sempit, 15 Juni 2023
Komentar